Pemerintah Akan Stop Ekspor Kelapa Gelondongan, Genjot Hilirisasi VCO dan Coconut Milk

HALORA MEDIA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian berencana menghentikan ekspor kelapa gelondongan untuk mendorong hilirisasi kelapa menjadi produk bernilai tinggi seperti Virgin Coconut Oil (VCO) dan coconut milk. Langkah ini dinilai mampu meningkatkan pendapatan petani dan industri pengolahan lokal.

Langkah tersebut dibahas dalam Rembuk Utama dan Expo KTNA 2025, tempat Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (20/9/2025), yang menghadirkan lebih dari 2.000 peserta dari 27 provinsi dan 71 kabupaten/kota di Indonesia.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menjelaskan bahwa hilirisasi kelapa akan membuka peluang ekonomi yang lebih besar dibandingkan penjualan kelapa utuh. Produk turunan seperti VCO dan coconut milk diharapkan mampu menembus pasar ekspor dengan nilai lebih tinggi.

Paragraf pengantar kutipan: Dalam konferensi pers di Jakarta, Mentan Amran menekankan rencana hilirisasi kelapa secara konkret.

“Rencana kita hilirisasi, seperti kelapa ini tidak boleh dijual gelondongan ke luar negeri. Dari kelapa yang kita ekspor 2,8 juta ton per tahun dengan nilai Rp24 triliun, jika diolah menjadi produk turunan seperti coconut milk, nilainya bisa meningkat hingga 100 kali lipat. Itu bisa menghasilkan 2.400 triliun. Katakanlah separuh saja, bisa menghasilkan 1.200 triliun,” ujar Amran, dikutip dari laman Kementan, Kamis (23/10/2025).

Mentan Amran menambahkan, pemerintah sudah menyiapkan program pendukung hilirisasi pertanian yang luas, termasuk pengadaan bibit gratis untuk berbagai komoditas.

“Mimpi besar kita adalah membangun hilirisasi secara masif. Pemerintah sudah menyiapkan investasi sebesar Rp371 triliun, dengan tahap awal Rp9,9 triliun yang digunakan untuk pengadaan bibit tebu, kakao, kelapa, kopi, mente, lada, dan pala. Bantuan ini diberikan secara gratis kepada petani. Kami mohon KTNA se-Indonesia mengawal dan memastikan program ini berjalan sukses,” ujar Amran, dikutip dari laman Kementan, Kamis (23/10/2025).

Menurut Kementan, program ini diproyeksikan mampu menyerap hingga 1,6 juta tenaga kerja baru dalam dua tahun, terutama di sektor perkebunan dan industri pengolahan kelapa.

Selain kelapa, hilirisasi juga diterapkan pada komoditas lain seperti kakao, kopi, dan gambir. Langkah ini diyakini akan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian sekaligus memperkuat ekonomi desa.

Pemerintah memanfaatkan alokasi Anggaran Belanja Tambahan senilai Rp9,95 triliun untuk mendukung pengadaan bibit, fasilitas pengolahan, serta infrastruktur pendukung hilirisasi di seluruh Indonesia.

Transformasi pertanian dari hulu ke hilir diharapkan mendorong pertumbuhan industri olahan, termasuk VCO, coconut milk, dan produk turunan lainnya, sehingga produk ekspor Indonesia memiliki daya saing lebih tinggi di pasar global.

KTNA berperan aktif dalam mengawal implementasi program ini, memastikan bibit dan fasilitas pengolahan sampai ke tangan petani secara merata, serta memonitor jalannya hilirisasi di tingkat desa.

“Kita adalah bangsa agraris. Pertanian harus menjadi episentrum ekonomi baru Indonesia. Dengan kerja keras, kolaborasi, dan semangat KTNA, mimpi swasembada pangan dan hilirisasi pertanian bisa terwujud lebih cepat," ujar Mentan Amran, dikutip dari laman Kementan, Kamis (23/10/2025).

Beberapa daerah telah memulai pengolahan kelapa menjadi VCO dan coconut milk secara lokal, menunjukkan potensi peningkatan nilai ekspor sekaligus membuka lapangan kerja baru.

Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, sekaligus meningkatkan devisa negara melalui produk olahan bernilai tambah.

Para pelaku industri pengolahan lokal kini semakin mendapat dukungan untuk mengembangkan pabrik pengolahan kelapa, VCO, dan coconut milk, sehingga rantai hilirisasi kelapa dapat berjalan lebih terintegrasi.

Hilirisasi kelapa diharapkan menjadi model transformasi sektor pertanian lainnya, menjadikan pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang kuat, berkelanjutan, dan berbasis desa.

Dengan langkah ini, Indonesia memposisikan diri tidak hanya sebagai eksportir kelapa, tetapi juga sebagai produsen utama produk olahan seperti VCO dan coconut milk di pasar global, sekaligus memperkuat ekonomi pedesaan melalui hilirisasi kelapa.(*)